Hot News

Jakarta, Bernaung Dimanakah Dirimu?


Jakarta, seperti yang telah kita atau seluruh masyarakat tanah air ketahui, merupakan Ibukota Negara dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Berdasarkan data yang diperoleh melalui sensus penduduk pada tahun 2010, jumlah penduduk khusus di DKI Jakarta mencapai angka 9.607.787 jiwa. Hal itu belum termasuk penduduk yang tidak terdaftar atau sedang tidak menetap di Ibukota. 

Dahulu, jauh sebelum dinamakan “Jakarta”, kota pelabuhan ini dinamakan Sunda Kelapa (397M) dan dikenal sebagai pelabuhan yang cukup sibuk. Pada tahun 1527, Sunda Kelapa berganti nama menjadi Jayakarta yang berarti “kota kemenangan”. Tanggal 22 Juni 1527 yang ditetapkan sebagai hari kelahiran Jakarta oleh Walikota Jakarta Sudiro pada tahun 1956 dilatarbelakangi oleh tragedi pendudukan pelabuhan Sunda Kelapa oleh Fatahillah, setelah pasukan Cirebon melakukan penyerangan dan membumihanguskan serta membunuh banyak rakyat Sunda. 

92 tahun berselang atau lebih tepatnya pada tahun 1619, Jayakarta berganti nama menjadi Batavia. Hal ini setelah VOC yang dipimpin oleh Jan Pieterszoon Coen mengalahkan pasukan kesultanan Banten dan menduduki Jayakarta. Disinilah cikal bakal kota metropolitan mulai tampak terlihat, dimana Batavia berkembang menjadi kota besar dan penting. Batavia sendiri berganti nama menjadi Jakarta pada 1942, yang merupakan bagian dari provinsi Jawa Barat sebelum statusnya ditingkatkan menjadi daerah tingkat satu (DATI I) yang dikepalai oleh Gubernur Soemarno Sosroatmodjo pada 1959 hingga akhirnya dua tahun kemudian status Jakarta kembali diubah menjadi Daerah Khusus Ibukota (DKI). 

Setelah sedikit penjelasan diatas mengenai sejarah kota Jakarta, kini beralih kepada letak geografis Jakarta. Tak perlu jauh-jauh menjabarkan letak geografis Jakarta dari segi koordinat yang berada di 5° 19' 12" - 6° 23' 54" LS dan 106° 22' 42" - 106° 58' 18" BT. Karena letak dimana Ibukota tanah air ini berada saja masih cukup membingungkan sebagian masyarakat. Entah masyarakat salah menafsirkan, atau mereka benar-benar tidak tahu. Sebuah fenomena yang sungguh aneh, tentunya. Beberapa percakapan ambigu yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari adalah: “Kira-kira mudik dari Jakarta ke Jawa berapa jam ya?”, “Ini saudara saya baru datang dari Jawa”, “Oh, dia masih di Jawa belum pulang”, dan beberapa percakapan aneh lainnya yang cukup memekakkan telinga. 

Mengapa tidak menambahkan kata-kata Tengah, Timur atau Barat pada kata Jawa, bila hendak mengucapkan sesuatu yang berhubungan dengan suatu daerah? Begitu malaskah mereka melakukan hal itu? Suka atau tidak, senang atau benci, itulah realita di kehidupan masyarakat ibukota saat ini. Dan anehnya, tanpa bermaksud menyinggung satu suku atau ras tertentu, sebagian dari percakapan-percakapan itu justru terlontar dari orang-orang Jawa sendiri. Bukan dari orang dengan suku Betawi, Sunda, Sumatera dan lain sebagainya. Jika pembaca memerhatikan dengan seksama dari tulisan diatas, ada penggalan kalimat pada bait ke empat yaitu “……menjadi Jakarta pada 1942, yang merupakan bagian dari provinsi Jawa Barat.” 

Dari sini sudah terlihat dan pembaca pasti bisa memaknai dengan jelas, bahwa sebelum menjadi provinsi yang berdiri sendiri, Jakarta berada di provinsi Jawa Barat. Namun bagaimana dengan fenomena aneh yang telah disebutkan diatas? Pantaskah kita menyalahkan satu suku atau ras tertentu? Jawabannya tentu tidak. Tulisan ini murni dibuat atas dasar kekhawatiran penulis pada kebiasaan abnormal yang tumbuh subur di masyarakat, tanpa maksud untuk mengambil suatu hipotesis atas penyebab terjadinya kebiasaan “abnormal” tersebut. Semoga dengan kekhawatiran penulis yang telah dituangkan dalam tulisan sederhana ini bisa membantu mengurangi setiap percakapan aneh tak bermakna, jika boleh dikatakan begitu. Tentu kita tidak ingin di masa mendatang, timbul sebuah stereotipe baru yang muncul ke permukaan bahwa Jakarta tidak berada di pulau Jawa, melainkan di sebuah pulau antah berantah yang hingga kini tidak diketahui namanya. (dikutip dari berbagai sumber) 

 ditulis oleh: Gading Perkasa 

 ■ Moderator : Sering Buka | Semua Bisa Menulis Apa Saja

No comments:

Post a Comment

Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi seringbuka.com. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.


seringbuka.com berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.

Sering Buka Designed by Templateism.com Copyright © 2016

Powered by Blogger.