![]() |
Foto: Istimewa. |
Saat
itu Nasir tampil dengan setelan jas senada bewarna hitam dengan kemeja putih
yang membuat dirinya tampak matching
, Nasir terlihat sangat sibuk dengan Rapat di Komisi III, di komisinya tersebut
ia tergolong vocal dibanding teman separtainya yang lain.
Setiap
ada kasus yang terjadi di dalam partainya tersebut Nasir selalu lebih
menyuarakan pendapatnya, wajar saja dahulu nasir merupakan seorang akademisi di
kampusnya dahulu di IAIN Ar-Raniry Aceh. Sebelum menjadi poltisi pun sebenarnya
ia menginginkan menjadi seorang Akademisi, hal tersebut ia ungkapkan saat
berbincang santai dengan Saya pasca rapat Komisi III DPR usai, “Jadi ini sesuatu yang tidak pernah terbayangkan, tidak pernah di
cita – citakan menjadi seorang politisi, karena memang cita – cita saya ingin
menjadi akademisi,” akunya pria kelahiran Medan, Sumatera
Utara, 22 Januari 1970.
Lepas
dari ia menjadi seorang Aktifis kampus, nasir pun mencoba menjadi sorang
pewarta di sebuah harian Serambi Nasional yang dahulu merupakan masih menjadi
anak buah Kompas. Disanalah ia banyak mempelajari bagaimana berkomunikasi,
berinteraksi dengan pejabat – pejabat pemerintahan, “saya awalnya menjadi
wartawan sebuah harian Serambi Nasional, yang masih anak buah Kompas,, namun
saya tidak mengetahui apakah samapai saat ini masih atau tidaknya,” ucapnya.
Nasir
Pun melanjutkan bahwa dirinya banyak mendapat pengalamannya semenjak ia menjadi
seorang Jurnalis, “pengalaman saya menjadi wartawan itu yang menurut saya
paling banyak memberikan kesan, karena ketika saya menjadi wartawan saya
dihadapkan oleh para pejabat tinggi Negara, saya pernah mewawancari walikota,
Gubernur, politisi bahkan sampai ke LSM saya pernah mewawancarai,” ceritanya.
”sehingga
ketika misalkan memasuki kancah politik
meskipun “by accident”, tetapi saya tidak begitu gagap, karena pengalaman menjadi wartawan yang berinteaksi dengan
banyak orang. Dan itu yang membuat saya tidak terlalu canggung, meskipun pada
awalnya sedikit ragu – ragu, ya awalnya
pasti kita ini lugu, kita tidak tahu intrik – intrik politic, tetapi pada
akhirnya kita belajar bahwa lembaga kekuasaan ini memang penuh dengan
lobby-lobby penuh dengan komunikasi politic, dan lain sebagainya,” jelas nasir
panjang.
Lantas
bagaimana seorang Nasir dapat bergabung dengan Partai keadilan Sejahtera, ia
pun tak segan berbagi cerita kepada Saya awal ia bergabung bersama PKS, “dahulu
organisasi itu diorganisir oleh anak kampus, jadi hampir seluruh pengurus
partai keadilan pada saat itu di seluruh Indonesia pada tahun 1998 adalah anak
– anak muda yang baru selesai dari
kampus. Oleh karena itu, banyak dihuni
oleh para aktifis - aktifis kampus,
sehingga saya bagian dari kampus, lalu para aktifis – aktifis kampus ini berkumpul dan sepakat untuk bergabung dengan partai keadilan,
kemudian mereka menunjuk saya meminta saya untuk menjadi ketua umum partai
keadilan pada saat itu, karena pada saat itu saya sangat aktif menulis opini di
media harian Serambi Nasional, dan saya
juga sebagai Wartwan, jadi meraka merasa bahwa saya itu pantas untuk menjadi
ketua,” ungkapnya
“Saya
itu paling muda, bila dibandingkan dengan politisi - politisi senior tentu saya
tidak ada apa –apanya. Tapi modal
menjadi wartawan dan berkomunikasi itulah saya bisa membawa diri saya di dalam dunia politik yang
tergolong Baru. Jadi paling tidak nyambung,” paparnya sambil tertawa
Kekayaan
Diketahui
bahwa Nasir, menurut data LHKPN belum melaporkan kekayaannya 5 tahun terakhir. Ia
melaporkan data kekayaan yang dimiliiki
terakhir tahun 2009 , tahun 2004 hingga 2009 tercatat Nasri memiliki kekayaan
sejumlah Rp.448.000.000 pada tahun 2006, terbagi atas Rp.45.000.000 Harta tidak
bergerak dan Rp.181.000.000 Harta bergerak, serta Giro atau setara Kas sebesar
Rp.220.000.000, setelah itu ia menjabat di period eke dua, ia belum melaporkan
total harta kekayaannya yang terbaru.
Selain
memiliki rumah di komplek DPR RI Kalibata, Nasir belum diketahui apakah
memiliki rumah selain yang di komplek tersebut, hanya saja hidup dan gaya Nasir
tidak terlalu berlebihan layaknya para Anggota DPR lainnya yang sempat
terdengar “Hedonisme”. Tak terlalu menonjolkan bahwa ia Hedon dengan memiliki
Gadget yang terbaru, ia hanya menggunakan Smart Phone dan satu handphone guna
berkomuniasi dengan keluarganya.
Ta’aruf dengan Sang Istri
Nasir
Djamil yang sangat sibuk dengan urusan Negara yakni sebagai Anggota parlemen
ternyata sedikit memiliki kisah unik ketika bertemu dengan sang istri, ia pun
bercerita awal mula bertemu dengan Khasanah istri Nasir saat ini, “sebenarnya
bertemunya saya dengan istri itu karena adanya Mak Comblang yang tak lain
adalah guru ngaji saya, jadi ketika saya melihat fotonya saya langsung merasa
cocok, ditambah saya dan istri merupakan sesame aktifis,jadi ketika itu saya
langsung beritahu orang tua saya dan
juga paman karena waktu itu saya tinggal dengan paman saya di banda aceh datang
menemui orang tuanya, kami langsung akrab dan yang paling membantu adalah
ketika saya berbicara ternayat mertua saya berlangganan harian serambi
nasional, dan istri saya suka mebaca tulisan saya, jadi kami langsung nyambung
ketika bertemu,” ujar nasir tersenyum ”Kalau dikatakan ta’aruf, ya bisa
dikatakan taaruf, karena jadi tidak menikmati suasana seperti sekarang yang
pacaran dan lainnya,” uangkapnya tertawa.
Dari
perkawinan Nasir dengan Khasanah, Nasir mendapatkan 5 orang putra dan putrid
yang sangat manis. Namun persoalan rumah tangga selalu saja ada plus dan
minusnya, Anak dan istri Nasir tinggal
disini di jakarta, karena sang istri sedang menyelesaikan study S3nya di
UNJ pendidikan, “Sejak saya pindah kesini 2004 saya sudah menyarankan agar ia
sekolah, jadi 2004 – 2013 dia menyelesaikan jenjang studynya. belum kegiatan
dia di organisasi, seperti salimah (persaudaraan muslimah), belum lagi rutin
pengajian dan sebaginya,” cerita Nasir.
Padatnya
kesibukan antara Nasir dan Khasanah sering kali menjadi bubuk permasalahan
didalam rumah tangga antara anak dengan orang tua, “Nah ini persoalan ini, jadi
memang resiko sebagai seorang politisi, harus meninggalkan keluarganya, saya
pikir juga istri saya dari awal sudah paham,tetapi kadang padatnya kesibukan
seringkali membuat pertemuan keluarga itu tidak full, awalnya bermasalah,
sering terjadi kerenggangan anatar saya dengan anak – anak, namun saya dan
istri memberikan pengertian sehingga akhirnya mereka dapat mengerti,” jelasnya.
Bermula
dari situ Nasir mengakui jika weekend tiba ia beberapa kali mencoba mengajak
berekreasi bersama, “saya kalau sabtu minggu inginnya bersama keluarga, memang
kalau ada kecocokan jadwal kami rekreasi, tetapi permasalahannya kadang jdwal
saya dengan anak-anak tidak sesuai,tetapi
sesekali saya ajak anak ke Ancol, Dufan,tempat
yang masih bisa dijangkau. Paling kalau sempat
kami ke Mall untuk makan bersama, biasa kami ke kalibata city tempat terdekat
karena Malas dengan kemacetan,” ungkapnya diakhir pebicaraan.
PENDIDIKAN
- Kandidat Master, Ilmu
Politik, Universitas Nasional (2009-Skrg)
- IAIN Ar Raniry Aceh
(1996)
- SMAN 01 Langsa Aceh
(1988)
- SMPN 01 Langsa Aceh
Timur (1985)
- SDN 45 Medan (1982)
KARIR
- Anggota DPR-RI Fraksi
PKS, 2009-2014
- Anggota DPR-RI Fraksi
PKS, 2004-2009
- Anggota Legislatif
DPRD NAD, 1999-2004
- Wartawan (1996-1999)
PENGHARGAAN
- Membela Aceh di
Senayan
- Setitik Bakti untuk
Nangroe Endatu
- See more at:
http://kabarnasirdjamil.com/profil-2
Ditulis Oleh: Nina
■ Moderator : Sering Buka | Semua Bisa Menulis Apa Saja
No comments:
Post a Comment
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi seringbuka.com. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.
seringbuka.com berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.